KEARIFAN LINGKUNGAN
Baca Juga :
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas atau mengulas materi sesuai judul di atas, namun sebelum itu kita tahu bahwa kearifan lingkungan sangat lah berpengaruh bagi keberlangsungan manusia dan alam. bagaimana tidak? lingkungan yang asri, nyaman dan tentram akan berpengaruh baik bagi sendi sendi kehidupan bermasyarakat.
KEARIFAN
Kearifan adalah seperangkat pengetahuan yang dikembangkan oleh suatu kelompok masyarakat setempat (komunitas) yang terhimpun dari pengalaman panjang menggeluti alam dalam ikatan hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (manusia dan lingkungan) secara berkelanjutan dan dengan ritme yang harmonis. Kearifan (wisdom) dapat disepadankan pula maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan, kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan kepu- tusan yang berkenaan dengan penyelesaian atau penanggulangan suatu masalah atau serangkaian masalah yang relatif pelik dan rumit.
Sedangkan menurut wikipedia Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal (local wisdom) biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut
LINGKUNGAN
Menurut Darsono (1995)
Lingkungan yaitu bahwa semua benda dan
kondisi, termasuk manusia dan kegiatan mereka, yang terkandung dalam ruang di
mana manusia dan mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan
badan-badan hidup lainnya. (1995)
sedangkan menurut wikipedia Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Jadi Kearifan lingkungan dimaksudkan adalah sebagai aktivitas dan proses
berpikir, bertindak dan bersikap secara arif dan bijaksana dalam mengamati,
memanfaatkan dan mengolah alam sebagai suatu lingkungan hidup dan kehidupan
umat manusia secara timbal balik. Pengetahuan rakyat yang memiliki kearifan
ekologis itu dikembangkan, dipahami dan secara turun-temurun diterapkan sebagai
pedoman dalam mengelola lingkungan terutama dalam mengolah sumberdaya alam.
Pengelolaan lingkungan secara arif dan berkesinambungan itu dikembangkan
mengingat pentingnya fungsi social lingkungan untuk menjamin kelangsungan hidup
masyarakat. Manfaat yang diperoleh manusia dari lingkungan mereka, lebih-lebih
kalau mereka berada pada taraf ekonomi sub-sistensi, mengakibatkan orang merasa
menyatu atau banyak tergantung kepada lingkungan mereka.
Dari pengertian di atas jelas bahwa kearifan lingkungan sangat di dominasi oleh sekelompok masyarakat / atau golongan di suatu daerah masing - masing yang memiliki pengetahuan ekologis secara turun temurun yang di pahami sebagai pedoman pengelolaan lingkungan.
Maka dalam pembahasan materi kali ini sebenarnya lebih mengarah pada kearifan lokal yang menjadi konteks pemaparan pada artikel kali ini.
Kearifan lokal sendiri terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat, sedangkan wisdom dapat berarti kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan/kebijaksanaan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkem- bang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat serta berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat. Kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat memiliki ciri yang spesifik, terkait dengan pengelolaan lingkungan sebagai kearifan lingkungan.
Macam dan Jenis Lingkungan
Lingkungan Biotik
Lingkungan biotik (lingkungan organik) merupakan komponen makhluk hidup yang menghuni planet bumi, terdiri atas mikroorganisme, seperti bakteri dan virus, tumbuhan, hewan, dan manusia. Secara khusus, lingkungan biotik diklasifikasikan menjadi 3 yaitu produsen, dalam hal ini tumbuhan yang memproduksi sumber bahan makanan bagi makhluk hidup lainnya, konsumen, yaitu hewan serta manusia; dan pengurai, yang merupakan mikroorganisme yang merombak dan menghancurkan sisa-sisa organisme yang telah mati. Termasuk ke dalam kelompok pengurai adalah jamur, bakteri, dan cacing tanah.
Unsur Lingkungan Hidup Biotik
Sesuai namanya, unsur lingkungan hidup Biotik adalah unsur
atau komponen yang tersusun dari berbagai macam makhluk hidup bernyawa yang ada
di muka bumi ini atau pada lingkungan tertentu sebagai contoh kecilnya. Contoh
dari lingkungan hidup biotik adalah seperti manusia, hewan, tumbuhan dan
mikroorganisme yang hidup di suatu lingkungan.
Lingkungan Abiotik
Lingkungan abiotik merupakan kondisi yang terdapat di sekeliling makhluk hidup berupa benda mati (unsur anorganik), seperti batuan, tanah, mineral, dan udara. Lingkungan abiotik dinamakan juga lingkungan anorganik.
- Matahari – Unsur lingkungan fisik berupa cahaya matahari berperan penting dalam proses fotosintesis tumbuhan. Cahaya matahari juga dibutuhkan oleh makhluk hidup lain terutama manusia, sebagai sumber energi.
- Air – Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat bertahan hidup. air merupakan unsur terpenting dari lingkungan fisik bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya.
- Udara – Unsur lingkungan fisik berupa udara tidak kalah penting dengan air. Setiap makhluk hidup pasti bernapas. Udara dibutuhkan dalam proses respirasi (bernapas) tersebut. Lapisan Udara terdiri dari berbagai macam gas. Manusia dan hewan membutuhkan udara dalam bentuk oksigen, sedangkan tumbuhan memerlukan udara dalam bentuk karbondioksida untuk berfotosintesis.
- Tanah – Setiap makhluk hidup berpijak di atas tanah. Mikroorganisme juga banyak yang tinggal di dalam tanah. Tanah juga dapat menumbuhkan tanaman yang berguna sebagai bahan pangan bagi manusia dan hewan. (baca juga : Sumber Daya Alam Tanah)
Dalam sudut pandang ekologi manusia, yaitu ilmu yang
mempelajari dan menganalisis hubungan timbal balik (interaksi dan interelasi)
antara manusia dan lingkungannya, unsur lingkungan hidup itu dibedakan atas
tiga kelompok utama, yaitu lingkungan alam (lingkungan fisik), sosial, dan
budaya.
Lingkungan alam merupakan kondisi alamiah suatu wilayah yang
meliputi kondisi iklim, tanah, fisiografi, dan batuan.
Lingkungan sosial adalah manusia dengan semua aktivitas dan karakternya, baik sebagai individu atau pribadi maupun makhluk sosial.
Lingkungan budaya adalah benda-benda hasil daya cipta
manusia, seperti bangunan, karya seni, sistem kepercayaan, dan tatanan
kelembagaan sosial.
Unsur Lingkungan Hidup Abiotik
Sedangkan untuk lingkungan hidup non biotik adalah sebuah tempat atau kondisi pada suatu lingkungan yang menjadikannya sebagai penyusun bentuk untuk mendukung terjadinya suatu yang dinamakan lingkungan. Contohnya adalah seperti air, tanah, udara, bebatuan, dan benda mati lainnya
Bagaimana Cara Menggali Kearifan Lingkungan?
Kesadaran untuk mengangkat dan menggali kembali pengetahuan lokal atau kearifan budaya masyarakat etnik muncul karena kemajuan ekonomi dan sosial masyarakat dunia sekarang telah diiringi oleh pelbagai kerusakan lingkungan. Kedepan, masyarakat dunia dihantui akan krisis multidimensi dan berhadapan dengan semakin meningkatnya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan serta pencemaran yang meluas baik di daratan, laut maupun udara. Pengetahuan lokal yang sudah menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya, dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos, yang dianut dalam jangka waktu cukup lama inilah yang disebut ’kearifan budaya lokal’. Pada makna yang sama berlaku diberbagai bidang yang berkembang di masyarakat, seperti bidang pertanian, pengelolaan hutan secara adat, pelestarian sumber air, secara umum dinyatakan sebagai kearifan lokal. Beberapa fungsi dan makna kearifan lokal, yaitu:
- Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya alam.
- Berfungsi untuk pengembangan sumberdaya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup.
- Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji.
- Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
- Bermakna social misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.
- Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
- Bermakna etika dan moral, misal yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur.
- Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.
Dari penjelasan fungsi-fungsi tersebut tampak betapa luas ranah kearifan lokal, mulai dari yang sifatnya sangat teologis sampai yang sangat pragmatis dan teknis. Kearifan lokal yang positif diterima secara normatif umum dan tidak ber-tentangan dengan makna kaidah ilmiah dapat digali sebagai kearifan lingkungan.
Gambar 6.1 Contoh Kearifan Lokal
Salah satu contoh kearifan lingkungan yang digali dari kearifan lokal pada upaya pelestarian sumber air adalah kepercayaan pada sumber air yang terdapat pohon rindang dan besar atau gua yang seram ada penghuni gaib. Konsep “pamali” atau (bhs. Jawa ora elok) kencing dibawah pohon besar di bawahnya terdapat sumber air merupakan perilaku masyarakat tradisional mema- gari perbuatan anak-cucu agar
Tidak merusak alam sehingga debit dan kualitas airnya dapat terjaga. Kearifan local tersebut sulit dijelaskan secara ilmiah, namun dapat di- renungi dalam jangka waktu panjang. Bila kita melihat pada satu sisi rasional yang semuanya harus dapat dipahami secara logika, maka hal tersebut sering dipahami takhayul secara bulat dampaknya banyak pohon dirusak tanpa ada perasaan salah. Kearifan lokal sebagai kearifan lingkungan saat ini sangat penting demi keharmonisan lingkungan untuk kelangsungan hidup berkelanjutan tanpa harus mengkorbankan rasionalitas ilmu pengetahuan melebur dalam keyakinan tradisional secara mutlak, melainkan mengutamakan azas manfaat dan kewajaran.
Pengelolaan hutan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Timor merupakan contoh kearifan lingkungan yang digali dari kearifan lokal pengelolaan hutan secara adat dan dipertahankan secara turun temurun.
Upaya ini diangkat berdasarkan kondisi hutan tidak dapat dipertahankan fungsinya secara tradisional dan mulai terjadi penyerobotan lahan oleh pihak lain yang tidak memahami tentang aturan adat atau telah menurun- nya ketaatan aturan adat oleh masyarakat setempat.
Pada penggalian kearifan lokal perlu dipahami beberapa hal agar kearifan tersebut dapat diterima dan ditaati yaitu :
1. Kearifan tersebut masih ada.
2. Kearifan tersebut sesuai dengan perkembangan masyarakat.
3. Kearifan tersebut sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kearifan tersebut diatur dengan Undang-undang.
Di kalangan masyarakat Pulau Timor dikenal konsep segitiga kehidupan “Mansian-Muit-Nasi, Na Bua” yang berarti manusia, ternak, dan hutan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling memiliki ketergantungan. Prinsip ekosistem dan jejaring kehidupan yang saling hidup dan menghidupi sangat dihargai. Manusia mengartikan man- faat dari ternak dan hutan, ternak mencari makan di hutan dan manusia memelihara hutan. Jika salah satu dari ketiga unsur ini dipisahkan akan membawa dampak bagi unsur yang lain. Seca-ra teknis, beberapa bentuk keanekaragaman hayati di NTT sampai saat ini masih mempunyai kon- tribusi yang signifikan dalam rehabilitasi lahan, pengelolaan lingkungan dan sumberdaya hutan.
Dalam mengaplikasikan kearifan lokal terhadap pengelolaan hutan khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan perlu dipahami: Kelem- bagaan dan fungsinya, wilayah pengelolaan, nilai dan norma, serta panda- ngan Orang Timor (Dawan) tentang hutan, yakni:
1. Usif :Memiliki fungsi sebagai pemimpin yang mengenda- likan dan mengawal semua nilai dan norma dalam persekutuan hidup serta melanjutkan pengawasan- nya.
2. Amaf : Sebagai tokoh panutan dan pendukung usif dalam hal penetapan nilai, norma lokal serta tanggung jawab wilayah tertentu.
3. Meo : Berfungsi sebagai pengaman dalam kehidupan komunitas dan wilayah.
4. Ana’Tobe : Berfungsi dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam.
5. Ma’Fefa : Berfungsi sebagai juru bicara.
Bagaimana Cara Mempertahankan Kearifan Lingkungan?
Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan faktor pendorong sekaligus kekuatan penggerak dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dalam beradaptasi terhadap lingkungan, kelompok-kelompok masyarakat tersebut mengembangkan kearifan lingkungan sebagai hasil abstraksi pengalaman mengelola lingkungan. Keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan hidup yang dikembangkan masyarakat Indonesia yang majemuk merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan.
Keyakinan tradisional mengandung sejumlah besar data empiris yang berhubungan dengan fenomena, proses dan sejarah perubahan lingkungan, sehingga membawa implikasi bahwa sistem pengetahuan tradisional dapat memberikan gambaran informasi yang berguna bagi perencanaan dan proses pembangunan. Dalam hal ini, keyakinan tradisional dipandang sebagai kearifan budaya lokal dan merupakan sumber informasi empiris dan pengetahuan penting yang dapat ditingkatkan untuk melengkapi dan memperkaya keseluruhan pemahaman ilmiah. Kearifan tersebut banyak berisikan gambaran tentang anggapan masyarakat yang bersangkutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan struktur lingkungan, misalnya bagaimana lingkungan berfungsi,bagaimana reaksi alam terhadap tindakan manusia, serta hubungan-hubungan (yang sebaiknya tercipta) antara manusia (masyarakat) dan lingkungan alamnya. Penggalian terhadap kearifan budaya lokal ditujukan untuk mengenal dan memahami fenomena alam melalui penelusuran informasi versi masyara- kat pengguna.
Kearifan lokal di masyarakat yang disari dari pengalaman dalam periode waktu panjang sehingga tertanam keselarasan hidup dengan alam, memahami secara dalam karakter alam dan kehidupannya diterap- kan dalam mengelola alam merupakan cara untuk mempertahankan kearifan lingkungan. Kearifan lingkungan bukanlah tindakan tradisional yang terbelakang, kita dapat menerapkan teknologi modern pengelolaan lingkungan, tetapi dengan memperhatikan kearifan lokal, paduan yang porposional akan terwujud kearifan lingkungan. Kegiatan gotong royong dalam kebersihan lingkungan (Gambar 6.2) merupakan salah satu contoh kearifan lokal yang dipertahankan sebagai kearifan lingkungan sosial.
Gambar 6.2 Kearifan Lokal “Gotong Royong membersihkan lingkungan saluaran air“
Demikian Materi PLH Kearifan Lingkungan semoga bermanfaat.
KESIMPULAN :
Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa manusia dan alam terlihat betapa luas ranah kearifan lokal, mulai dari yang sifatnya sangat teologis sampai yang sangat pragmatis dan teknis. Kearifan lokal yang positif diterima secara normatif umum dan tidak bertentangan dengan makna kaidah ilmiah dapat digali sebagai kearifan lingkungan.